Pada stock option, perusahaan akan menawarkan kepemilikan saham kepada karyawan. Dengan demikian akan muncul “sense of belonging” di sisi karyawan terhadap perusahaan. Efek positif adalah terbentuk loyalitas.
Ilustrasi dari stock option saya gambarkan sebagai berikut :
Perusahaan pada tahun ke 3 akan memberikan penawaran kepada karyawan untuk memiliki saham dengan harga Rp. 10.000 per lembar nya. Misalkan harga saham sekarang adalah Rp. 6000,-. Dengan demikian maka karyawan dan managemen akan berlomba-lomba untuk meningkatkan kinerja perusahaan sehingga secara otomatis maka harga saham pun akan rising. Bahkan mereka akan mengupayakan pada tahun ke 3 tersebut saham akan lebih besar dari Rp. 10.000,-.
Keuntungan di sisi karyawan adalah seperti ini :
Pada tahun ke 3 ternyata saham menjadi Rp. 15.000,-. Si karyawan akan untung karena dia hanya beli dengan Rp. 10.000,-. Seandainya dia tidak mampu beli karena gak ada uang ya jual saja, karena dia akan untung dari “Spread” atau selisih nya yaitu Rp. 15.000-Rp.10.000 = Rp. 5.000,-. Dia hanya cukup berperilaku membeli dan untuk kemudian dijual . Misalkan saja beli sebanyak 10rb lembar saham maka sama dengan = 10rbx Rp.5000 = Rp. 50.000.000,-.
We dont need any cash…but we can generate cash
Dan kalau ternyata harga saham di tahun ke 3 hanya Rp. 9000,- ya ndak usah dibeli…lha namanya juga penawaran
Sebenarnya ini sangat menarik sekali untuk diterapkan. Lebih mudah kalau perusahaan sudah Go Public karena bisa menjadikan harga saham sebagai indikator kinerja. Kalau dalam perusahaan private tentunya akan susah. Mungkin kepemilikan saham itu bisa diberikan dengan meninjau time periode (misalkan diperbolehkan dengan minimal telah bekerja selama 5 tahun), namun tetap memperhatikan aspek lain (peformance, behavior & attitude, dll)
Pemahaman tentang Stock Option ini, hakikatnya adalah bagaimana melakukan “Reinforcement” (memunculkan perilaku). Kita ingin para karyawan berperilaku atau bekerja sesuai dengan harapan perusahaan. Dengan adanya tools ini maka perilaku tersebut dapat diarahkan. Contoh lah seekor Hariamu. Di hutan dia adalah binatang liar dan buas yang tidak bisa dikendalikan. Namun ketika dia di lapangan sirkus, dia adalah binatang yang lucu dan penurut terutama dengan pecut nya si pawang. Itu lah contoh sebuah pengendalian perilaku.
Ditulis oleh,
Yuda Wicaksana Putra